Crop Circle dan Keingintahuan Suci dalam Keilmuan

The important thing is not to stop questioning. Curiosity has its own reason for existing. One cannot help but be in awe when he contemplates the mysteries of eternity, of life, the marvelous structure of reality. It is enough if one tries merely to comprehend a little of this mystery every day. Never lose a holy curiosity.

Albert Einstein

Ijtihad Saintifik

Berita tentang terbentuknya Crop Circle pertama di Indonesia cukup menarik berbagai kalangan. Media menginformasikan crop circle ini cukup gencar. Berbagai pendapat dilansir oleh media cetak, media elektronik, dan account persahabatan seperti facebook, twiter. Dalam bentuk video juga banyak yang diunduh di You Tube. Berita terbentukanya Crop Circle coba dijawab oleh berbagai kalangan. Jawaban yang menjadi arus utama pendapat yang diterima masyarakat adalah karena dibuat oleh UFO dan buatan manusia secara mekanik. Dari hasil wawancara ada juga kalangan ilmuwan yang coba mengaitkan dengan fenomena alam, namun sangat sedikit yang berpendapat demikian. Kita juga segera mendengarkan pengumuman dari Lembaga resmi pemerintah seperti LAPAN. Lapan terus terang menyatakan bahwa Crop Circle di Brebah dan Piyungan Yogyakarta adalah buatan manusia. Crop Circle masih dalam wilayah misteri. Siapapun jika memiliki kapasitas untuk melakukan interpretasi (ijtihad) saintifik boleh melakukannya. Dalam tradisi keilmuan, perenungan dan interpretasi dari suatu kejadian merupakan keharusan dan tugas mulia. Dasar-dasar keilmuan yang dimiliki seseorang dan pengalaman-pengalaman yang telah dilalui akan menghantarkan seorang akademisi mempunyai pendapat dan pemikiran tentang suatu hal. Bahkan pada tradisi keilmuan persemakmuran Islam terdapat kata yang maha penting yakni Ijtihad. Ijtihad ialah usaha dengan sungguh-sungguh untuk memecahkan suatu masalah yang tidak ada ketetapannya, baik dalam Al Qur’an maupun Hadits. Ijtihad dapat dilakukan dengan menggunakan akal pikiran yang sehat dan jernih. Ijtihad dapat dilakukan untuk semua aspek kehidupan. Namun dalam teradisi Islam ijtihad banyak digunakan dalam penetapan hukum-hukum yang yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan sesama manusia. Ijtihad dalam bidang hukum harus berpedoman kepada cara-cara menetapkan hukum-hukum yang telah ditentukan. Hasil ijtihad dapat dijadikan sumber hukum yang ketiga.

Dalam berijtihad seseorang dapat menempuhnya dengan cara ijma’(kesepakatan) dan qiyas (analogi). Ijma’ adalah kesepakatan dari seluruh imam mujtahid dan orang-orang muslim pada suatu masa dari beberapa masa setelah zaman Nabi. Berpegang kepada hasil ijma’ (kesepakatan) diperbolehkan, bahkan menjadi keharusan. Qiyas (analogi) adalah menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada hukumnya dengan kejadian lain yang sudah ada hukumnya karena antara keduanya terdapat persamaan sebab-sebabnya. Sebelum mengambil keputusan dengan menggunakan qiyas maka ada baiknya mengetahui Rukun Qiyas (dasar-dasar beranalogi), yaitu: dasar (dalil), masalah yang akan diqiyaskan, hukum yang terdapat pada dalil, kesamaan sebab/alasan antara dalil dan masalah yang diqiyaskan.

Sain Moderen dan Semangat Keingintahuan

Ketika Einstein mulai menulis otobiografinya, dia mencoba menulis kembali sewaktu dia berada Akademi Politeknik di Zurich Swiss. Dia mempunyai guru yang baik di Akademi Politeknik di Zurich, Swiss. Dia coba menginat kembali masa-masa kuliah di Akademi Politeknik tersebut. Dia tidak puas tentang sesuatu hal. Dia tidak dapat secara cepat memahami betapa pengtingnya matematika. Apa sebabnya? Einstain menulis: “Aku melihat bahwa matematika terpecah menjadi sangat banyak spesialisasi, masing-masing yang dapat dengan mudah beradaptasi dalam waktu singkat dengan keadaan. Akibatnya, aku melihat diriku menjadi seseorang yang tidak mampu untuk memutuskan… “ Apa yang lebih merisaukan ketika Zurich adalah, dia harus belajar agar lulus ujian. Setahun setelah lulus, Einstein berkerja di kantor paten di Zurich, banyak waktunya untuk merenung, dia mulai menekuni Fisika diwaktu senggangnya. Einstein masih sangat ingat, bahwa yang paling membuatnya sangat menderita selain ketika menghadapi ujian. Dia tak mendapatkan roh-roh kebebasan dalam setiap kuliah dan dari membaca catatan-catatan kuliah yang diperolehnya dari teman-temannya. Keadaan ini lebih buruk lagi, walaupun dia sudah lulus lebih dari satu tahun, dia belum juga merasakan kebebasan dari jeratan seperti ketika dia di bangku kuliah. “Untunglah, pada kenyataannya, Aku mendapatkan suatu mukjizat bahwa instruksi dalam metode modern belum sepenuhnya mencekik keingintahuan suci (holy curiosity) dalam penelitian. Karena bekal yang diperoleh dari metoda sain modern tersebut dapat menjadi stimulasi dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu terutama yang membutuhkan kebebasan.“ tulisnya. Einstein sangat tertarik dalam bidang fisika, terutama fisika teori. Dia menemukan hal berbeda dalam fisika jika dibandingkan dengan matematik. Namun dia menemukan keharmonisan diantara keduanya dan memberikan kekuatan baru bagi Einstein. Menurut pengakuan Einstein: “Fisika berbeda. Aku segera belajar untuk sesuatu hal dalam fisika yang dapat menuntunku mampu memahami menyebab mendasar (hukum-hukum dasar) dan hukum-hukum dasar itu dapat diarahkan ke segala sesuatu masalah fisis yang lain.” Setelah berlangsung cukup lama, setelah bertahun-tahun membuat karya ilmiah secara mandiri, baru ia menyadari “bahwa pendekatan pengetahuan yang lebih mendalam tentang prinsip-prinsip dasar fisika terikat dengan metode matematika yang sangat presisi.” Melalui pengalaman Einstein ini, hal penting yang dapat kita ambil sebagai pelajaran adalah dalam tradisi keilmuan ada keingintahuan suci (holy curiosity). Keingintahuan Suci ini tak boleh tersandera atau bahkan terpasung oleh batasan-batasan yang kita buat sendiri. Kita dan masyarakat kita perlu memberikan ruang yang lebih luas untuk interpretasi segala sesuatu terutama yang masih berada dalam ranah “misteri”.

 

 

Comments

  • Ngasifudin

    Assalamu’alikum Pak Nur, Wah..wah, ternyata pake SEM ketemu juga ya unsur nikel nya di crop circle Sleman.

    • centralplasma

      Waalaikumsalam, Pak Ngasifuddin, maaf ya sangat lama saya tdk respon komen bapak. Saya kadang lupa mengurusi blog ini sampai-sampai saya lupa paswordnya ini baru ketemu lagi. Mahasiswa S2 saya mengingatkan. Salam hangat pak. Sukses ya dengan penelitian-peneltian bapak, Saya sedang bekerja dengan Dielectric Barrier Discharge Plasma untuk produksi ozon dan dimanfaatkan untuk teknologi pangan.