Hilirisasi dan Komesialisasi Hasil Riset Perguruan Tinggi

Dalam Kabinet Kerja penggabungan pendidikan tinggi dengan riset dan teknologi benar-benar terjadi. Menteri pertama dari kementrian ini adalah Rektor terpilih Universitas Diponegoro Prof. Drs. Muhammad Nasir, PhD. Akt. Dengan latar belakang pendidikan ekonomi, mentri sering mengemukakan hilirisasi dan komersialisasi hasil riset. Dalam istilah awal-awal kementrian Riset dan Teknologi (sebelum penggabungan dengan Dikti) berkiprah Prof. Habibie juga sering mengemukakan Riset sebaiknya memiliki falsafah berawal diakhir dan berakhir diawal. Dalam artian kegiatan riset perlu road map yang jelas yang berakhir dengan sebuah produk kompetitif. Berikutnya dilakukan riset yang betul-betul fokus mengarah pada produk tersebut melalui pendekatan multidisipliner. Untuk memperjelas arah hilirisasi dan komersialisasi beberapa istilah dalam riset dan penerapan hasil riset perlu dikemukan istilah-istilah invensi (invention), inovasi (innovation) dan difusi (diffusion). Menurut Jewkes, Sawers dan Stillerman (1969) invensi (invention) adalah pertama kali dengan penuh keyakinan sesuatu dapat bekerja dengan baik yang didukung oleh ujicoba, fakta-fakta memang susuatu tersebut dapat bekerja dan berfungsi.  Pengertian ini  mensyaratkan adanya konsep awal, pembuktian yang meyakinkan, dan akhirnya kegunaan, kemanfaatan  untuk kemudahan masyarakat dari suatu invensi. Inovasi (innovation) didefinisikan mengadaptasikan suatu invensi untuk dimanfaatkan oleh masyarakat dan meningkatkan aktivitas ekonomi (komersial). Pengertian ini mencakup pematangan gagasan dasar, pengujian prototipe, pengembangan, enjinering, produksi awal dan pengujian pasar. Berikut adalah difusi yang sangat erat hubungannya dengan invensi dan inovasi agar sebuah produk dapat sukses komersial. Difusi biasa didefinisikan sebagai tingkat dan  kecepatan penyebaran setiap hasil/produk riset ke pengguna dalam suatu industri tertentu atau sistem sosial, Suatu inovasi dikatakan berhasil apabila diikuti oleh proses difusi yang luas dan cepat.  Dari aspek yang lebih fundamental, menurut Barnet (1953) bahwa inovasi adalah bagian dari kebudayaan, inovasi yaitu setiap pikiran , perilaku , atau hal yang baru karena kekokohan secara kualitatif berbeda dari bentuk-bentuk yang ada. Kebudayaan secara sederhana dapat digambarkan bagaimana suatu masyarakat berfikir, merasakan dan mempercayai. Pengalaman penulis dimuat dalam kompas 28 Agustus 2012 lebih jauh dapat dilihat: