Mengenang 24 tahun bencana PLTN Chernobyl

Lewat tengah malam, memasuki tanggal 26 April 1986, pukul 01.23, reaktor Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl Unit 4 terbakar dan meleleh. Kejadian ini menjadi sebuah bencana yang menggemparkan. Ini bencana terparah pertama dalam sejarah sebuah PLTN. Zat radioaktif terlepas kelingkungan dan mencemari tak hanya Ukraina namun juga Negara tetangga, seperti Belarus dan Rusia. Peristiwa ini mengingatkan masyarakat dunia akan hancurnya Hiroshima dan Nagasaki, yang membunuh tak kurang 220.000 orang. Tak banyak perdebatan tentang kejadian Agustus 1945, yang membuat Jepang bertekuk lutut dan menghantarkan banyak bangsa-bangsa Asia merdeka. Bom pemusnah masal tersebut memang harus dikutuk dan terlarang. Namun untuk peristiwa Chernobyl , banyak kalangan terlibat dalam perdebatan pro kontra PLTN. Banyak Negara menjadi kekuatan Ekonomi dunia, dengan memanfaatkan berkah listrik murah dan jaminan pasokan dari PLTN. Sebut saja Korea Selatan, Jepang , Cina dan India. Disisi lain gerakan anti Nuklir, tak lagi membedakan antara nuklir untuk senjata dan dan nuklir untuk listrik. Gerakan anti nuklir beranggapan bahwa Energi Nuklir tak layak dan tak perlu dipertahankan penggunaannya di muka bumi.

Berawal dari senjata pemusnah

Sungguh sangat disayangkan, pemanfaatan energy nuklir pertama sebagai senjata pemusnah. Bom nuklir ini diilhami dari ditemukannya reaksi berantar nuklir oleh fisikawan Prancis Irine dan Juliot Curie. Pada musim panas tahun 1939, fisikawan Amerika, Leo Szilard, meneliti pancaran neutron dari urainium Dari hasil penelitian ini Szilard berkeyakinan bom atom/nuklir bisa dibuat dari uranium. Dia juga yakin bahwa Jerman sedang mengembangkan bom tersebut. Ini didukung dengan dihentikannya penjualan Uranium oleh Jerman yang berasal dari daerah pendudukan Czechoslovakia. Pada tanggal 2 Agustus 1939, Einstein menulis surat ke President Franklin D. Roosevelt dan diikuti oleh 3 surat berikutnya. Einstein merekomendasi penelitian Szilard merupakan hal sangat penting dan potensial pemanfaatan uranium untuk Pertahanan Nasional Amerika (Robert C. Williams, 1992 dalam The American Atom). Roosevelt menerima rekomendasi tersebut dan Kehancuran Hiroshima dan Nagasaki bukanlah akhir. Pemanfaatan ini diikuti dengan perlombaan senjata Nuklir dalam era perang dingin. Gerakan anti Nuklir, terutama dari Green Peace terilhami dari Nuklir untuk senjata dan terus melebar sampai nuklir untuk listrik.

Kecelakaan Chernobyl dan keselamatan PLTN

Kecelakaan PLTN Chernobyl secara signifikan telah memperlambat pengembangan PLTN di seluruh dunia. Banyak sisi-sisi kehidupan Disisi lain Peristiwa PLTN di Ukraina itu telah mengubah regime keselamatan reaktor. Kecelakaan ini disebabkab pertama, desain reaktor, yakni reaktor jenis RBMK dan tidak memiliki kungungan. Jenis ini hanya dimiliki bekas Uni Soviet. PLTN Chernobyl tidak memenuhi standart yang disyaratkan oleh IAEA (International Atomics Energy Agency). Hal ini dimungkinkan karena perlombaan senjata masa perang dingin, belok barat dan timur tidak saling terbuka. Sedangkan IAEA sangat didukung oleh blok barat. Desain reaktor dengan moderator grafit, ini tidak stabil pada daya rendah. Daya reaktor bisa naik cepat tanpa dapat dikendalikan. Kedua reaktor ini berfungsi ganda yakni sebagai pengahsil Plutonium untuk bahan bom nuklir dan listrik. Hal ini tak terdapat pada rector-rektor di manapun di dunia kecuali RBMK bekas Uni Soviet. Ketiga, kelemahan-kelamahan RBMK, telah diperingatkan oleh IAEA dan diketahui oleh pengelola, namun tak segera dilakukan penyempurnaan. Akibanya sangat fatal Reaktor PLTN tersebut terbakar dan meleleh, zat radioaktif lepas ke udara bebas dan dibawa angin kemana-mana. Berdasarkan kreteria The International Nuclear Event Scale (INES), kecelakaan PLTN Chernobyl tergolong skala ke -7, kecelakaan skala paling tinggi atau sering disebut major accident. Evaluasi terhadap berbagai kelemahan PLTN Chernobyl, IAEA, INES dan Institusi Internasional lainnya, menghasilkan bahwa, kecelakaan serupa tak akan terjadi atas PLTN lainnya yang memenuhi standar. Hikmah lain dari PLTN Chernobyl, standar desain PLTN semakin diperketat dan muncullah PLTN generasi III, generasi III+, dan generasi ke IV. Selain itu, semua reaktor jenis RBMK di bekas Uni Soviet telah dilakukan penyempurnaan sesuai standar IAEA. Menarik, pemerintah Ukraina telah memutuskan akan membangun 11 reaktor lagi sampai 2030, termasuk bekas PLTN Chernobyl Unit-4 yang hancur itu.

Pemanasan Global dan kebangkitan PLTN

Dalam perkembangan terkahir, setelah terasa dampak pemanasan global dan perubahan iklim, para pakar menemukan asal muasal penyebabnya adalah efek rumah kaca. Emisi gas rumah kaca seperti Cox, NOx, Sox, melingkupi matahari kita. Intensitas cahaya mata hari yang masuk kebumi semakin tinggi karena berlobangnya lapisan ozon di atmosfer. Cahaya ini dipantulkan oleh muka bumi, namun terperangkap dalam ruangan antara bumi dan lapisan gas rumah kaca yang menyelingkupi bumi. Cahaya matahari ini dipantulkan berkali kali bolak balik dan berubah menjadi panas. Suhu muka bumi memanas, es-es mencair, pulau pulau kecil hilang dari peta bumi karena naiknya permukaan air laut. Iklim berubah, musim tanam berubah, panen terganggu. Banjir dan kekeringan silih berganti tak lagi teratur. Para pakar lingkungan berteriak, kurangi emisi gas rumah kaca. Kurangi pembakaran batubara untuk menghasilkan listrik mealui PLTU. Bumi dalam bahaya.

Pendiri Green Peace untuk wilayah Amerika Patric Moore menulis di The Washington Post, 16 April 2006: ”Diawal tahun 70an ketika saya terlibat dalam pendirian Greenpeace, saya percaya bahwa energi nuklir identik dengan Nuklir Pembantai (nuclear holocaust). Tiga puluh tahun berselang, pandangan saya berubah. Nuklir merupakan salah satu sumber energy yang dapat menyelamatkan bumi kita dalam kehancuran lain. Pemanasan global dan perubahan iklim yang tragis dan menakutkan.

Sejak kecelakaan PLTN Three Mile Island (pada 28 maret 1979), Amerika menerapkan kebijakan penghentian pembangunan PLTN. Tujuh belas tahun berikutnya, 1996, Amerika mmeninjau ulang kebijakan mereka. Tinjauan ulang dan kaitan dengan komitmen USA dalam pengurangan emisi gas rumah kaca, PLTN bangkit lagi di Amerika. Belum lama berselang, pemerintah Obama mengumumkan pinjaman dari pemerintah federal untuk pembangunan dua reaktor nuklir di Georgia sebesar 8 milyar US dollar (Huff Post 16 Februari 2010).

Kalangan yang berkeberatan dalam pembangunan PLTN di Indonesia sering mengambil Negara-negara Eropa yang akan menutup PLTN mereka. Pada umumnya waktu hidup reaktor-reaktor tersebut memang sudah akan berakhir. Eropa sebenarnya sangat tergantung dengan PLTN. Jumlah PLTN terbanyak berada di Prancis. Saat ini 80 % listrik yang digunakan di Prancis berasal dari PLTN. Listrik ini juga dapat membantu negara tetangga, terutama dimusim dingin. Kegiatan pembangunan PLTN di Prancis dimulai pada tahun 1973, ketika itu Eropa mengalami embargo minyak dari Negara-negara arab. Tanpa debat diparlemen dan apalagi debat publik Prancis membangun 13 buah reaktor daya mereka. Bagaimana dengan Inggris? Negara itu akan membangun 4 reaktor nuklir baru. Reaktor pertama akan dibangun pada tahun 2017. Nuklir akan memberikan Inggris energi yang aman dan rasional (tulis Andrew Porter and Charles Clover pada 10 Januari 2008 dalam Daily Telegraph). Jerman juga tak ketinggalanPemerintah Angela Merkel merencanakan untuk memperpanjang pengoperasian 17 PLTN yang dimiliki Jerman.

Berbagai Negara yang dulu bersekukuh untuk menghilangkan PLTN, kini merencanakan kembali untuk membangun PLTN. Disamping itu beberapa Negara Asean seperti Malaysia, Vietnam, Philipina, bahkan Singapura sudah merencanakan pembangunan PLTN. Yang menarik lagi adalah Uni Emirat Arab membangun PLTN sebanyak 4 buah yang masing-masing berkapasitas 1.400 MW yang harus sudah selesai tahun 2015 dengan menggunakan teknologi Korea.

Bagaimana Indonesia?

Persoalan PLTN, cepat atau lambat bangsa ini karena keterpaksaannya harus menggunakannya. Penggunaan PLTN tersebut mestinya dilakukan dengan sadar, PLTN adalahan instalasi beresiko tinggi. Semua standar, Quality Assurance, Quality Control, Standart Operational Prosedure untuk penggunaan PLTN harus kita turuti. Pemanfatan PLTN mengharuskan kita memenuhi semua persyaratan Internasional yang semakin hari semakin ketat. Semua persyaratan tersebut diatur oleh International Atomics Energy Agency (IAEA). Mengapa kita akan masuk pada suatu phase dimana kita tak dapat mengelak lagi dari pemanfatan PLTN? Alasannya adalah tuntutan perkembangan bangsa kita, dan tuntutan terhadap konsumsi energi semakin hari semakin tinggi. Sektor industry, pemukiman, perkantoran dan trasportasi akan memerlukan energy yang sangat besar. Transportasi umum pada saatnya nanti akan mengalami transformasi besar-besaran yang menggunakan transportasi umum yang nyaman yang digerakkan oleh listrik. Pembangunan pemukiman kita secara mendatar suatu ketika harus berani kita menghentikannya. Pola pembangunan satu rumah satu tapak tanah mengakibatkan muka bumi ini ditutupi oleh bangunan dan tak tersisa lagi tempat yang cukup untuk bercocok tanam bagi kehidupan kita. Juga tak cukup pohon-pohon untuk menyeimbangkan komposisi udara untuk pernapasan kita. Ketika kita mebiasakan diri untuk menempati pemukiman bertingkat, mau tidak mau kita harus menyediakan banyak energy listrik untuk untuk transportasi vertikal kita di gedung-gedung bertingkat tersebut.