Hasil Panen Kini Bisa Tahan Lama

M Nur, Dosen Undip Pencipta Metode Plasma

Harga produk pertanian semisal cabai acap kali naik turun. Suatu saat nilainya murah sehingga merugikan petani. Lain kali harganya meroket tinggi membuat masyarakat penggemar masakan pedas kelimpungan.

SEIRINGperjalanan waktu, kekhawatiran harga produk pertanian yang kurvanya naik turun akan bisa ditekan lewat berbagai terobosan dan inovasi di bidang pertanian. Salah satunya dilakukan oleh dosen Universitas Diponegoro Dr M Nur DEA. Dia menciptakan dan mengembangkan metode plasma selama dua dekade terakhir. Metode ini akan membantu menghilangkan kekhawatiran masyarakat terkait harga sayuran yang tiba-tiba bisa melambung tinggi.

‘’Metode ini setidaknya memberikan jaminan terhadap produk pertanian untuk bisa lebih awet. Plasma penghasil ozon membuat sayur atau buah-buahan dapat disimpan lebih lama alami,’’terang Nur kepada Suara Merdeka, di Semarang. Fisikawan yang menamatkan studi doktor di Universite Joseph Fourier Grenoble Prancis itu mengakui, petani adalah pihak yang paling dirugikan dengan ketidakmampuannya menyimpan hasil panen.

Produk sayuran, buah, atau bahan panganan lainnya melimpah saat berlangsung panen raya. Produk yang melimpah membuat harga anjlok tanpa bisa dikendalikan. Akibatnya petani merugi dan karena tidak mampu menyimpan hasil panen dalam waktu lama, mau tidak mau mereka menjual dengan harga murah.

‘’Daripada busuk produk pertanian kemudian dijual secepatnya. Persoalan muncul karena harga menjadi tidak kompetitif. Semua orang ikut berebut menjual varian yang serupa,’’ tutur Nur yang mengaku tertarik pada persoalan plasma sejak menempuh studi strata dua di Institute Science Et Technique Nuclare Prancis.

Sebaliknya, ketika masa panen lewat, harga produk pertanian meroket. Sayuran yang semula bisa dibeli dengan harga belasan ribu, mendadak naik tajam. Masyarakat dan petani selalu dalam situasi yang tak pernah diuntungkan saat gejolak pasar bermain. Nur menjamin konsep plasma menjadikan masa simpan produk pertanian bertahan lama. Petani tak perlu khawatir menaruh hasil sayur, atau buah-buahan dalam jangka waktu bulan bahkan tahun.

‘’Untuk cabai masa simpannya antara tiga sampai empat bulan. Adapun beras lebih lama bisa mencapai tiga tahun,’’ ungkap pria kelahiran 1957 tersebut. Hal ini bisa membuat petani tak menjual seluruh hasil kerja kerasnya saat panen raya. Mereka akan bisa mengatur distribusi barang meghindari campur tangan tengkulak.

Nur yang dijumpai di sela-sela kesibukannya di Undip menyatakan, penemuannya memang dipersembahkan untuk masyarakat. Masih mengenakan jubah khas peneliti, ia bercerita banyak mengenai teknologi wujud keempat tersebut. Riset fisika plasma diinisiasi sejak kepulangannya dari Benua Eropa medio 1998. Formula yang dikembangkannya cukup variatif. Misalnya, bagaimana plasma bermanfaat bagi pengerasan metal, mendukung penguatan lingkungan, pangan, kesehatan, hingga nuklir.

’Di dunia pertanian riset ini mendorong bagaimana benih yang mendapat dukungan plasma pertumbuhannya bisa sangat bagus. Kemudian pada pangan sudah kami teliti ketika beras atau bahan makanan lain bisa disimpan bertahun-tahun. Selain sehat penyimpanannya tak mengandung bahan kimia,’’ tuturnya.

Berbagai Inovasi

Plasma juga menjadikannya tak sulit menemukan berbagai inovasi. Zat itu merupakan materi bentuk keempat perpaduan ion dan elektronik. Selain plasma, materi di alam semesta dikenal dalam bentuk padat, cair, dan gas.

Nur boleh dibilang fisikawan awal yang menggeluti teori plasma di Indonesia. Bidang ini belum banyak dikembangkan di Tanah Air karena keterbatasan fasilitas. Kendati demikian di tangan dingin mantan Dekan Fakultas Sains Matematika, serta Pembantu Rektor I Undip itu, teknologi plasma dikembangkan untuk rupa-rupa kegunaan. Keinginannya adalah membantu mencarikan solusi penyimpanan bahan pangan tahan lama. Pengembangan model inti plasma juga untuk menciptakan ozon bebas polutan.

Menurut dia, sistem itu dikerjakan dengan cara mencuci produk pertanian menggunakan air berozon sehingga menghilangkan jamur, bakteri, dan pestisida pemicu pembusukan. Hilangnya sumber penyakit menjadikan produk pertanian bisa disimpan lama. Apalagi jika ditaruh ke dalam ruangan berpendingin. Nur menyatakan untuk memproduksi hasil penelitiannya dibutuhkan biaya sekitar Rp 200 juta.

Hal tersebut mencakup pembuatan generator ozon, dan ruangan berpendingin yang mampu menyimpan satu ton cabai. Dikatakan, teknologi plasma penghasil ozon yang digerakkan generator dapat menghasilkan ozon sebesar 300 hingga 500 gram per jam. Pengunaannya sudah terbukti ampuh menyimpan cabai, tomat, seledri, bawang, dan masih banyak sayuran lainnya. Dia kini hanya terpikir bagaimana penemuannya ini bisa diwariskan dari generasi ke generasi.

Read more at http://www.suaramerdeka.com/smcetak/detail/10989/Hasil-Panen-Kini-Bisa-Tahan-Lama