Beberapa Gagasan untuk Menuju pada Kemandirian Sains dan Teknologi* (1)
Muhammad Nur
Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir, FMIPA, Universitas Diponegoro dan Pusat Studi Ilmu dan Teknologi Nuklir, Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro
1. Pendahuluan
Pentingnya sains dan teknologi dalam pembangunan bangsa nampaknya telah disadari sepenuhnya oleh para pemimpin kita. Dalam beberapa kali Garis-garis Besar Haluan Negara GBHN dicantumkan bahwa sasaran pembangunan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi adalah peningkatan kemampuan memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dilaksanakan dengan mengutamakan peningkatan kemampuan alih teknologi. Lebih jauh lagi beberapa kalangan telah menganggap bahwa penguasaan dan pengembangan sains dan teknologi merupakan Kebangkitan Nasional Kedua.
Usaha-usaha untuk penguasaan dan pengembangan sains dan teknologi memang sudah dimulai oleh bangsa kita lebih dari dua dasawarsa terakhir. Berbagai pusat riset telah didirikan, baik itu di lembaga-lembaga penelitian non departemental seperti LIPI, LAPAN, BATAN, BPPT dan Balai-balai Penelitian dari beberapa departemen, serta lembaga-lembaga penelitian di Universitas dan lain sebagainya.
Namun perlu diakui bahwa penyelenggaraan riset di Indonesia belum seserius di negara-negara industri maju. Ketidak-seriusan ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain masih rendahnya dana riset, lemahnya infrastruktur, lemahnya sumber daya manusia, dan lain-lain. Kondisi ini diperburuk pula oleh penghargaan yang belum sewajarnya dari masyarakat bagi profesi peneliti dan ilmuwan juga penghargaan belum setimpal pada kegiatan-kegiatan pengembangan sains melalui riset. Akibatnya hasil-hasil riset yang diperoleh masih jauh dari yang diharapkan.
Di samping itu, dalam dua dasawarsa terakhir industri modern bertumbuhan di tanah air. Sayangnya industri-industri tersebut tak lebih dari perpanjangan tangan dari industri di negara-negara maju. Kita menghasilkan produk-produk modern yang dibuat di Indonesia tetapi bukan buatan Indonesia. Industri-industri modern tersebut tumbuh tanpa pijakan sama sekali pada sains dan teknologi bangsa sendiri, dan sangat tergantung pada industri induknya di luar negeri. Bahan-bahan baku strategis dan tenaga-tenaga ahli seutuhnya masih didatangkan dari negeri asal. Krisis keuangan yang melanda Indonesia dan diikuti pula oleh krisis ekonomi serta krisis lainnya, telah menghempaskan sektor industri kita. Mereka harus membayar terlalu mahal bahan baku, teknologi, dan bahkan riset dan pengembangan di negeri asal industri tersebut.
Pertanyaan yang muncul kepermukaan adalah mampukah kita membangun sektor industri berbasis kuat pada sains dan teknologi bangsa Indonesia? Untuk dapat terlepas dari krisis dan tak kembali pada krisis yang sama di masa datang, jawaban seharusnya adalah mampu. Pertanyaan yang menjadi tantangan masyarakat akademis berikutnya adalah langkah-langkah apa saja yang seyogyanya dilakukan oleh bangsa ini untuk menuju kearah kemandirian sains dan teknologi.
2. Sains, teknologi, industri dan pertumbuhan ekonomi
Adalah Francis Bacon, seorang ahli hukum dan politikus berkebangsaan Inggris, pada tahun 1605, dalam bukunya Advancement of Learning (Kealey, 1996) mengusulkan pertama kali sebuah âmodel linierâ untuk pertumbuhan ekonomi. Bacon mengusulkan bahwa pemerintah harus mendanai pengembangan sains dasar. Dia juga sangat percaya bahwa pertumbuhan ekonomi sangat tergantung pada sains terapan (teknologi) dan sains terapan sangat tergantung pada sains dasar. Pendanaan sains dasar oleh pemerintah merupakan suatu yang sangat penting untuk memperkuat perekomian suatu bangsa. Jadi âmodel linierâ Bacon tersebut sebagai berikut:
Pemerintah mendanai pengembangan sains dasar sains terapan (teknologi) industri pertumbuhan ekonomi.
Pada abad 20 âmodel linierâ Bacon mengalami modifikasi dalam penerapannya (Kealey, 1996): Sains dasar  teknologiindustri  pertumbuhan ekonomi. Jadi âmodel linier termodifikasiâ membutuhkan arah anak panah yang bolak-balik pada setiap tahap, karena untuk mengembangkan sains dasar juga membutuhkan teknologi lanjut. Pertanyaan penting timbul apakah arah anak panah yang bolak balik memberikan indikasi bahwa keuntungan dari kegiatan ekonomi juga harus kembali sebagian untuk pengembangan sains dasar? Apakah pendanaan riset bagi sains dasar harus dilimpahkan sepenuhnya pada kebijaksanaan pemerintah? Seperti dipercayai banyak kalangan bahwa industriawan tak bersedia mendanai riset bagi sains dasar karena tak segera dapat menjawab kebutuhan industri juga akan mudah âbocorâ kepada para pesaing mereka. Karena industri tetap tergantung pada sains dasar maka pemerintah harus mengusahakan penyelenggaraan riset bagi sains dasar sebagai pelayanan pada masyarakat.
Pemahaman seperti ini  hanyalah dogma. Suatu kajian yang dilakukan terhadap 16 perusahaan minyak dan kimia di Amerika menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut mengeluarkan investasi bagi sains dasar dan produktivitas mereka sangat signifikan dengan investasi yang dikeluarkan. Ini didukung pula oleh studi lain terhadap 911 perusahaan-perusahaan besar Amerika. Perusahaan yang banyak terlibat dalam penyelenggaraan riset bagi sains dasar ternyata merupakan perusahaan-perusahaan yang berkualifikasi dan peraih keuntungan lebih banyak (Kealey,1996).
Comments
khumaeni
Gagasan yang sangat mantap pak Nur. Dengan menilik sektor Industri di Jepang, diketahui bahwa Perusahaan2 mempunyai R n D yang sangat aktif dan mampu menghasilkan kreatifitas baru. Bahkan ada sebagian perusahaan di Jepang yang bisa menghasilkan Internasional published paper selain menghasilkan produk2 riil. Selain itu, dari pengalaman yang saya peroleh selama ini, peran universitas juga cukup signifikan terhadap perkembangan industri dengan kolaborasi riset perusahaan dan pemerintah yang dijembatani oleh pemerintah pusat maupun lokal. Senang sekali ketika melihat pemerintah, perusahaan dan universitas di sini bisa duduk dalam satu ruangan untuk membahas produk sains maupun produk teknologi dengan support dana yang cukup signifikan dari pemerintah. Semoga gagasan2 yang dipaparkan di sini bisa menjadi bahan pertimbangan yang baik dari ketiga sektor tadi.
Mahasiswa bapak
Ali Khumaeni
centralplasma
Terimasih Mas Khumaeni atas tanggapannya. Sebenarnya tulisan itu saya buat ketika saya diminta menyampaikan pidato dies natalis Undip tahun 1998. Saya baru saja pulang dari Eropa. jadi kalau disimak sedikit berbau krisis keuangan dan ekonomi di Indonesia. Sudah lama tulisan itu tersimpan begitu saja di Laptop saya. Sesekali saya buka lagi. Nah ini ketika saya harus mengasuh Blog karena debat soal Crop Circle tulisa itu saya keluarkan. Jika mas Khumaeni lihat refrensinya tidak ada yang melebihi tahun 1998.Saya pikir tulisan tersebut masih relevan. Di Indonesia, kadang sangat kurang yang ingin berfikir lebih. Jadi yang kita peroleh yang pas-pasan saja, Jepang memang mngambil tradisi Eropa. Justru untuk link dengan Industri justru Jepang lebih maju.
Ya mas Khumaeni, saya juga berharap pada mas Khumaeni, ketika kita belajar jangan pelajaran saja yang dipelajari. Belajarlah di sana secara menyeluruh termasuk bangaimana mereka belajar dan menerapkan hasil-hasil penelitian mereka. Kesempatan ini saya mengucapkan selamat atas prestasi-prestasinya di Jepang. Kalau bersedia pulang ke Undip, kita menanti anda. Insyaallah Jurusan Fisika Undip akan cukup berpenagaruh. Pada tahun 2011 sdh 20 orang PhD.
Salam hangat,
MN
khumaeni
Terima kasih banyak atas reply dan semangat yang diberikan Pak Nur.
Pertama, saya pribadi menyampaikan selamat atas terpilihnya bapak sebagai dekan FMIPA Undip. Semoga amanah yang baru ini bisa memberikan semangat dan motivasi fakultas MIPA dan fisika Undip khususnya untuk melakukan akselerasi perubahan kualitas yang lebih baik. Saya yakin dengan pengalaman, integritas, dan sikap optimis yang bapak miliki akan meresonansi perubahan di MIPA.
Terima kasih sebesar-besarnya saya sampaikan kepada bapak yang telah mengenalkan jiwa optimis, dan memberikan ilmu selama duduk di bangku fisika Undip. Peran bapak dan juga para dosen di Fisika Undip telah memberikan ruang yang sangat luas bagi saya pribadi untuk mengenal dunia sains khususnya fisika plasma spektroskopi. Insya Allah saya akan coba belajar secara menyeluruh selama di Jepang. Alhamdulillah, master bidang laser plasma spektroskopi telah selesai akhir bulan maret ini. Insya Allah mulai april sampai 3 tahun ke depan akan mencoba menyelesaikan jenjang pendidikan PhD di bidang yang sama. Mohon doa dan motivasi bapak agar bisa tetap konsisten dalam berkarya.
Kalau diperkenankan, bolehkah saya mendapatkan email bapak untuk beberapa diskusi dan pertanyaan terkait studi dan jenjang aktifitas ke depan saya. Alamat email saya, khumaeni83@yahoo.com, dan websitenya, http://www.khumaeni.wordpress.com, Sekali lagi disampaikan terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullah
Murid bapak
Ali Khumaeni
Fukui Japan