PLTN Sebar Radioaktif Mematikan? Itu Menyesatkan

Pro Kaltim, Rabu, 07 Desember 2016 07:20

Seminar Nasional Nuklir di STT Migas Balikpapan

PROKAL.CO, Nuclear phobia adalah salah satu alasan mendasar kenapa PLTN masih banyak mendapat penolakan di Tanah Air.

UMUMNYA beredar pernyataan di tengah masyarakat jika PLTN akan membuat lingkungan sekitar terkontaminasi zat radioaktif yang mematikan. “Itu statement yang menyesatkan,” sebut Ketua Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia Chapter Jawa Tengah Dr Muhammad Nur DEA di Seminar Nasional bertajuk Amankah Nuklir sebagai Energi Alternatif? Digelar Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan (STT Migas) Senin (5/12).

Nuclear phobia merupakan ketakutan masyarakat dengan pemanfaatan nuklir. Sebab menilik masa lalu, kebocoran zat radio aktif dapat menyebabkan radiasi pada lingkungan secara mengerikan. Contohnya di Fukushima, Jepang 2011 silam. Sehingga menyebabkan ratusan ribu warga dievakuasi, dan tak sedikit yang terkontaminasi radiasi.

“Itu karena kejadian gempa dan tsunami. Sehingga merusak unit reaktor penting seperti pompa air, sirkuit kondensor utama dan generator. Dampaknya menyebabkan kebocoran reaktor nuklir karena mesinnya mati, gensetnya juga mati di PLTN,” papar Nur yang juga salah satu aktivis dari Komite Ahli Tenaga Nuklir Nasional.

Namun ia berharap, masyarakat juga mau membuka mata terhadap keberhasilan sejumlah PLTN di berbagai negara yang justru kehadirannya memajukan industri dan perekonomian negeri tersebut. Bahkan tak sedikit PLTN hidup berdampingan dengan permukiman perkotaan. “Ada sekitar 400 PLTN di dunia ini. Tercatat hanya terjadi dua kecelakaan besar, Fukushima pada tahun 2011 akibat tsunami dan Chernobyl Rusia tahun 1986 silam,” ungkap M Nur yang juga mantan Pembantu Rektor IV Universitas Diponegoro Semarang ini.

Ditambahkannya, dalam catatan Paul Scherrer Institute, kematian akibat kecelakaan dari PLTN selama 1970 – 1992 sebanyak 31 pekerja. Kematian tertinggi justru dari kecelakaan pembangkit energi berbahan batu bara sebanyak 6.400 jiwa dalam kurun waktu yang sama. (lihat grafis).

Ia menjelaskan, sebenarnya energi dari nuklir sebagai salah satu energi alternatif pengganti minyak yang tidak berbahaya. Asal memerhatikan faktor keamanan dan kontrol yang baik.

“Sistem pertahanan energi ini berlapis untuk menjaga kebocoran radiasi, dimulai dari penyimpanan bahan pada kelongsong, tangki reaktor, perisal beton. Kemudian, memakai sistem tenaga baja bertekanan dan kubah beton. Total ada enam sistem lapisan pertahanan kebocoran berdesain canggih. Teknologi PLTN juga terus berkembang hingga ke beberapa generasi mengikuti perkembangan,” jelas peneliti plasma Undip yang pernah menempuh pendidikan di Prancis.

Seiring majunya teknologi yang belajar dari berbagai kasus PLTN, langkah penyelamatan bila kejadian abnormal (kebocoran) telah dipersiapkan sangat matang. Yakni dengan desain keselamatan antigempa, mengaktifkan sistem shutdown otomatis hingga menggunakan sistem pendingin teras darurat. “Yang terpenting kemampuan operator dan pekerja perawatan harus disiapkan,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan untuk mencegah dampak radiasi akibat zat radioaktif langsung terhadap lingkungan, limbah nuklir wajib diisolasi dari lingkungan manusia. Yakni di gunung setinggi 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan ditanam pada kedalaman 700 meter. “Jumlah limbah keseluruhan itu kecil. 70 – 80 persen itu limbah radio aktif tingkat rendah,” ujarnya di hadapan ratusan mahasiswa STT Migas dan undangan dari berbagai instansi.

Maka dengan dasar tersebut, masyarakat diharap membuang persepsi bahwa nuklir mengerikan, sebab akan sangat berguna sebagai energi pengganti pada 2025 mendatang.

“Nuklir layak dipertimbangkan menjadi salah satu energi alternatif masa mendatang di dalam negeri. Terutama untuk memenuhi kebutuhan listrik melalui PLTN,” ucapnya.

Ia memberi contoh penggunaan nuklir sebagai pembangkit listrik telah diterapkan di sejumlah negara maju seperti Korea dan Prancis. Dan berdampak pada kemajuan dan perkembangan ekonomi secara langsung. Tidak itu saja, Amerika tercatat sebagai negara yang terbanyak menggunakan PLTN, yakni 104 reaktor, lalu Prancis 59 reaktor, (lihat grafis). “Industri di negeri tersebut maju dan berkembang. Jadi ada industri teknologi, mobil dan dampaknya kepada ekonomi negara yang maju,” jelas Nur.

Hanya yang penting memerhatikan lokasi PLTN. Seperti faktor geografi, aktivitas manusia, dan meteorologi. “Kalimantan terbilang tempat yang paling aman bangun PLTN. Tempatnya luas, tidak terkena ring of fire atau jalur sesar vulkanik, dan minim terjadi gempa,” ujarnya.

Ia menjelaskan, karena lokasi di Indonesia ada yang strategis untuk membangun PLTN, kini tinggal menunggu adanya sinyal positif dari RI 1 (presiden). Sebab, sudah dibekali dengan peraturan pemerintah pembangunan tenaga nuklir dan sempat diwacanakan pada 1997 silam.

“Kita perlu memikirkan masa depan. Kalau hanya bergantung dari energi minyak bumi (fosil), batu bara maka suatu saat kita kehabisan energi. Makanya peneliti peduli tentang hal ini supaya ada energi pengganti,” ungkapnya

Sumber: http://kaltim.prokal.co/read/news/285882-pltn-sebar-radioaktif-mematikan-itu-menyesatkan.html